AMANAH QURBAN – Selalu ada keseruan setiap kali menyampaikan amanah kurban di momen Idul Adha. Salah satunya adalah saat menghantarkan amanah para mudhahi (pekurban) ke tem-pat-tempat istimewa. Ya istimewa, karena amanah itu harus sampai ke lokasi dimana para pene-rima manfaat menganggap suguhan daging adalah menu istimewa. Tak jarang lokasi-lokasi itu pun belum pernah merasakan keriaan kurban (Idul Kurban).
Amanah Qurban memang memilih lokasi-lokasi istimewa itu hingga ke Pelosok Nusantara. Pelosok, itu bisa ke wilayah pegunungan, pedalaman pemukiman hingga dusun terpencil kepulauan. Seperti tahun lalu, Amanah Qurban menyapa masyarakat yang bermukim di pulau yang berada di Teluk Tomini bagian selatan, juga pulau di wilayah pesisir Donggala. Semuanya berada dalam wilayah administratif Provinsi Sulawesi Tengah.
Amanah Qurban 2022 lalu tepatnya hadir di Desa Pulau Enam, yang berada di Pulau Togean yang masuk dalam wilayah Kabupaten Tojo Una Una. Satu lagi, amanah kurban itu disampaikan untuk masyarakat yang berada di Pulau Maputi, Kabupaten Donggala. Kalau lokasi pertama berada di sisi timur di dalam Teluk Tomini, maka lokasi kedua berada di sisi pesisir paling barat Sulawesi Tengah, di kawasan Selat Makassar.
MashaAllah, kedua lokasi itu sungguh menantang dan menakjubkan. Untuk mencapai ke lokasi-lokasi itu, relawan Amanah Qurban harus menggunakan beberapa kali moda transportasi air. Dari menumpang kapal penyeberangan, sampai harus menggunakan perahu ketinting.
Kalau penumpang perahu ketinting isinya manusia, itu sudah biasa. Tapi pernahkah Sobat semua membayangkan penumpangnya, bahkan bersama-sama di dalam perahu ketintinting dengan hewan kurban? Ini pengalaman sangat langka dan seru!
“Iya, di sana itu sudah biasa begitu. Perahu ketinting jadi satu-satunya moda untuk memenuhi kebutuhan warga pulau. Mulai dari sembako, furnitur bahkan hewan hidup juga naik itu (ketinting). Pokoknya barang keperluan yang tidak ada atau langka di pulau, harus dibawa dari kota di pesisir pulau besar,” ungkap Mohammad Tofan Saputra, Koordinator Implementasi Amanah Qurban ke pelosok di Sulawesi Tengah.
Tofan menambahkan, biasanya untuk menuju lokasi relawan membutuhkan waktu hingga 4 sampai 5 jam. Semuanya di atas air! “Jadwal kapal penyeberangan di sini, juga tidak banyak. Dalam seminggu bisa hanya satu kali atau dua kali melayani penyeberangan,” tambah Tofan.
Perjalanan berjam-jam naik perhau ketinting di laut lepas tentu jadi sensasi sendiri. Apalagi bersama kambing-kambing, yang ternyata bisa juga merebahkan diri menikmati alunan ombak selama dalam perjalanan. Seolah tahu kalau tidak ada pilihan lain kecuali diam tenang, kalau tak ingin ikut terbalik bersama perahu.
Sesampai di dermaga tradisional, ‘rombongan tamu’ juga sudah disambut dengan sukacita oleh warga pulau. Ada orang dewasa dan anak-anak turut menyambut menerima persembahan puluhan ekor kambing dari para pekurban yang sama sekali tidak mereka kenal sosoknya.Alhamdulillah. ■ MTS